Kamis, 26 Juni 2014

Kepergian mu part 2

Hari ini aku mengunjunginya
Ku singgah di ruang kecil tempat dulu aku dan dirinya pernah bersenda gurau
Ruang tanpa cahay ketika malam tiba
Ruang yang menjadi saksi bisu kesakitan dalam raganya
Ruang yang menjadi teman setia ketika ia tak mampu tuk berdiri
Aku masih melihat segala kenangan tersimpan dalam ruang kecil ini
Sepi kurasakan saat ku jumpai tak ada sosoknya lagi di ruangan itu

Ku masuk dan duduk di sebuah ranjang tidur dari kayu
Tempat dia menghabiskan waktunya selama bermimpi
Dan ku masih temui bayang drinya tertidur disana
Ya, kenanganya masih melekat kuat dalam ingatanku ini

Aku mulai menatap sekeliling ruangan itu
Ada figure di dalam sebuah bingkai sederhana
Ternyata itu foto dirinya bersama orang-orang penting dalam hidupnya
Foto itu sangat sederhana seperti sebuah klise..
Hanya warna abu yang menghiasi figure itu
Ku lihat dirinya begitu berwibawa di foto itu
da seorang wanita yang menjadi kekasih hati sekaligus menjadi belahan jiwanya disana
Tiga orang bocah lucu pun turut berfoto bersamanya


Aku tersenyum sejenak
Andai aku dapat melintasi waktu maka aku sangat ingin mengetahui kisah hidupnya dahulu
Gila.. aku memang sudah gila
Tapi jujur kegilaan ku ini terkadang membuat diri ini benar-benar tak tahan
Pandangan ku kini beralih ke sebuah deretan kacamata yang ada tak jauh di dekat bingakai tadi
Kembali ku teringat padanya
Dia pernah bercerita padaku tentang kacamata itu
Ya, ia bercerita dengan senyumnya pada saat itu



Ku masih tak menyangka dia sudah menjadi kenangan yang hidup dalam ingatanku
Raganya kini tak nampak di hadap ku
Hanya kenangan bersamanya yang selalu muncul dihadapku

Bagaiman kondisinya saat ini? Apa yang sedang dilakukannya? Masihkah ia mengingat diriku? Dimana dia  Mengapa aku sangat merindukannya? mengapa aku masih belum bisa menerima kepergiannya?
Pertanyaan seperti itu terus muncul dan masih selalu menjadi tanda tanya besar dalam pikiranku
Jawabannya belum kudapati

Ruang kecil ini
Kini tak ada lagi suara lirihnya di tempat ini
Hanya ruangan bisu ini yang ada
Hanya barang-barang miliknya yang tersisa
Ketika ku ingin menutup ruang kecil itu
Hati ini menahan ku
Ada sesuatu disana yang tak seharusnya aku tinggalkan
Tak seharusnya aku kunci
Entah apa itu..
Kubiarkan raga ini terduduk kembali di tempat tidur kayunya
Ku terus menatap ke arah tempat tidur sederhana itu
membayangkan terakhir kali dirinya disana

Aku kecewa
Ketika ia berjuang untuk tetap hidup, aku justru tak menemaninya
Ketika ia merintih kesakitan aku justru tak dapat mendengarnya
Ketika ia ingin melakukan hal yang ingin ia lakukan di tengah kesulitannya, aku justru tak membantunya
Kemana saja aku selama ini

Mengapa aku tak peka akan semua itu
Hey, dia ingin berjuang tuk hidup
Ia ingin berteriak itu tapi tak bisa
Ia ingin berbicara tapi tertahan
Hingga akhrinya ia memilih tuk pasrah pada ajal

Aku kecewa
Mengapa aku tak mampu memahaminyaa
Megapa aku begitu bodohnya
Kini ia telah pergi

Telah lama semnjak kepergiannya
Aku masih ingin berharap bahwa ini semua hanya sebuah mimpi dan ketika ku terbangun ku berharap masih dapat menjumpainya
Tapi, nyatanya tidak
Ini begitu nyata
Dan kenyataan bahwa ia telah pergi, itu memang benar

Hati ku mulai merasakan perih itu kembali
Air mata mulai tak terbendung
Tapi, kuyakinkan diri tuk kuat mengahadapi ini semua

Aku teringat saat itu
Setelah hari pembakaran mayatnya
Aku bermimpi
Aku melihatnya terduduk di atas kerandanya
Aku tak melihat sepasang bola matanya
Matanya tertutup dan ada sedikit pecahan cermin dan pis bolong menempel di kedua matanya yang tertutup
Ku pastikan dari kejauhan bahwa itu benar dirinya
Ya, aku yakin itu dia
Aku tak merasakan apapun dalam mimpi itu
Yang kuingat saat itu juga kujeritkan namanya sekeras mungkin agar ia mendengarku, menyadari kehadiranku
Tak kuasa ku menahan air mata
Ku sebut namanya berulang kali sambil menangis sejadi-jadinya
Ketika ku ingin menghampiri dirinya, ada seseorang yang menahan ku
Orang itu menarik tanganku
Aku bersikeras tuk melepas gengaman itu, tapi tak bisa
Lalu, sayup-sayup kudengar ia mulai berbicara padaku
Ya, dari kejauhan ia berbicara padaku
Meski kami terpisah jarak saat itu, tapi aku cukup jelas mendengar pesannya
Pesan terakhir yang ingin ia sampaikan tapi hanya bisa ia sampaikan dalam mimpi ini
Hanya satu nama yang ia sebut saat itu padaku
kekasih hatinya, hanya itu
Kemudian aku terbangun dari mimpi itu
Perasaan dalam mimpi ku itu masih terbawa hingga aku terbangun
Aku mulai menangis lagi ketika aku mengingat pesannya dalam mimpiku

Hati ku kembali bergumam
Mengapa hanya di mimpi itu aku dapat berjumpa dengannya?
Aku masih ingin bersenda gurau dengannya
Aku masih ingin membawakannya makanan
Aku masih ingin tertawa bersamanya
Aku masih ingin melihatnya berdampingan dengan sang kekasih hati

Apa daya ku sekarang?
Ia telah pergi jauh
Perjalanannya sangat panjang
Ya, sangat panjang tuk menemui DIA yang maha abadi
Ingin ku melepasnya, ingin ku mengikhlaskannya
Namun, masih terasa sulit karena bayangnya masih selalu ada
Tapi aku kan mencoba tuk ikhlas

Selamat jalan wayah.. :*



Tidak ada komentar:

Posting Komentar