Senin, 24 Februari 2014

Ningki Sadu Putra "Matematika Ibarat Game Bentuk Angka dan Logika"



Sebagian besar siswa baik tingkat SD, SMP, maupun SMA/K menganggap matematika merupakan mata pelajaran yang menyeramkan. Tak jarang banyak siswa yang membenci mata pelajaran yang satu ini. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Ningki Sadu Putra, remaja yang belum genap berusia 19 tahun ini sangat tertarik terhadap matematika. Baginya matematika ibarat sebuah game yang dikemas dalam bentuk angka dan logika.

  
koma pict : dari kiri swandari, Pradnya, & ningki

Cowok yang akrab di panggil Ningki ini, mulai tertarik dengan matematika sejak ia duduk di kelas 5 SD.  Pada saat itu, Ia mulai mengerjakan soal-soal setara untuk anak SMP yang mustahil bagi bocah seumur jagung seperti dirinya dapat menuntaskan soal tersebut. Tapi, itulah Ningki. Rasa ingin tahu yang kuat membuatnya berhasil memecahkan soal tersebut. Seiring berjalannya waktu, putra dari pasangan Gusti Nyoman Santika dan Desak Made Maleni ini juga mulai tertarik mengikuti perlombaan yang ada kaitannya dengan matematika. Pada tahun 2009 dan 2013, Ningki ikut berpartisipasi dalam kegiatan tahunan Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika UNDIKSHA yakni kegiatan Gema Lomba Matematika atau yang akrab disebut GLM.

Ningki mengungkapkan bahwa pertama kalinya dia mengikuti GLM ketika ia menginjak kelas II SMP. "Pertama, saya mengikuti GLM karena tuntutan dari sekolah untuk mengirim peserta terbaiknya dalam ajang ini. Kedua, saya sangat menyukai matematika" ujar cowok berbintang gemini ini dengan menyelipi beberapa gurauan ketika diwawancarai. Berkat usaha dan kerja kerasnya, Ia mampu meraih juara 2 GLM kategori SMP tahun 2009 dan juara 1 GLM kategori SMA tahun 2013 lalu. Meski ini menjadi hal yang pertama sekaligus baru bagi dirinya namun ia mampu membuktikan bahwa kemampuannya ternyata melebihi ekspektasi yang diharapkan.  Percaya atau tidak,  selama perjalanannya mengikuti lomba, tak satupun pernah ia temui kata 'gagal' untuk masuk ke babak final. Ditanya mengenai persiapan yang dilakukan sebelum lomba, Ningki menjawab dengan penuh antusias "Ya, persiapan itu tentu saja ada. Pembinaan intensif saat pulang sekolah dilakukan satu bulan sebelum perlombaan dimulai. Di samping itu, pembina pun memberikan sejumlah soal dengan tingkat kesulitan yang bervariasi yaitu dari tingkat mudah,sedang, dan sulit". Namun, yang namanya manusia pasti tak akan pernah luput dari kesulitan. Begitu pula dengan cowok kelahiran Panji Anom ini, yang merasakan kesulitan ketika menemui soal-soal yang tidak dapat dipecahkan oleh guru maupun dirinya. Sehingga efek sampingnya soal tersebut akan terus terbayang-bayang dan membuat Ningki semakin penasaran memecahkannya.

Selain pembinaan intensif dari pihak sekolah, Ningki pun memiliki beberapa trik saat menjawab pertanyaan yang ada dihadapannya. "Pertama kita bisa beranjak dari clue-clue tersembunyi yang ada  pada soal. Lihat apakah yang diketahui di sana, apa yang harus kita ketahui dan apa yang ditanyakan, kita harus mampu membuat koneksi atau hubungan yang saling mengaitkan satu sama lain sehingga mampu menarik kesimpulan guna mencari suatu penyelesaian yang tepat. Jika memang penyelesaian soal itu tidak terpikirkan maka lebih baik untuk melewati soal tersebut dan mulai kembali pada soal yang kita anggap mudah " tutur Ningki.

Menurut Ningki , kegiatan GLM sudah sangat bagus dan semakin nyata perkembangannya. Tingkat kesulitan soal pun dari tahun ke tahun semakin baik dan cocok untuk tingkat kesulitan soal-soal olimpiade. Namun dirasa ada beberapa hal yang perlu dibenahi dalam pelaksanaan GLM kedepannya. "Dari segi waktu, agar lebih efektif dan efisien maka sebaiknya durasi waktu saat pengumuman dipercepat agar peserta tidak merasa bosan " saran cowok kelahiran 9 juni 1995 ini. Ningki juga menambahkan agar saat babak penyisihan memperhatikan kenyamanan peserta lomba. "Buatlah suatu inovasi demi terciptanya kenyamanan tersebut dimana ini merupakan tanggung jawab dari panitia pelaksana. Kenyamanan yang saya maksudkan di sini adalah tempat pelaksanaan babak penyisihan di auditorium yang membuat  peserta 'ribet'. Peserta dituntut untuk membungkuk, saya pun bingung bagaimana harus memulai bekerja jika saya sendiri merasa kurang nyaman dengan kondisi yang seperti itu. Tapi, saya sadari hal ini terjadi karena terpatok pada jumlah peserta yang mengikuti GLM dari tahun ke tahun semakin meningkat sehingga tidak memungkinkan untuk melaksanakan babak penyisihan di ruang kelas" ujarnya.  Tapi, terlepas dari kekurangan yang ada, cowok yang sempat menjadi peserta OSN tahun 2012 dan 2013 berturut-turut ini berharap kedepannya kegiatan GLM masih tetap berlangsung bahkan dengan menyertakan terobosan-terobosan baru terhadap jenis soal, fasilitas serta cara pelaksanaan. Di sini Ningki sangat berharap agar piala tetap sang juara itu diperbesar ukurannya, bahkan kalau bisa pencarian juara ditambah sampai 6 besar, misalnya. "Saya sangat mengharapkan adanya sistem medali bagi para pemenang. Jadi bukan hanya sekolah yang menerima piala, tapi para peserta pun dapat berbangga akan medali yang mereka raih" harap cowok yang masih berstatus pelajar di SMA Negeri 1 Singaraja ini.

Terakhir ketika ditanya mengenai cita-cita , Ningki awalnya menjawab dengan sebuah gurauan yang mengundang tawa dari tim redaksi. "Sesungguhnya cita-cita saya masih ngambang" guraunya. "Tapi, jujur saya ingin menjadi pembina olimpiade, alasannya sangat sederhana. Saat saya menjadi pembina olimpiade saya akan semakin sering menemukan soal-soal dengan kualitas yang bagus dan saya merasa lebih mudah untuk mengajar siswa yang sudah pintar, kita hanya mengasah kepintaran mereka saja. Tidak perlu banyak mikir" tutup cowok dengan hobi tidur dan nonton ini.  (swandari, Pradnya & kana)


Jumat, 21 Februari 2014

It's all about you and our social media

Aku tak pernah mengenalnya..
Aku tak pernah menyadari kehadirannya..
Aku pun tak tahu bahwa dia kini perlahan memasuki duniaku..


2 Tahun lalu..
Di sinilah kisah kami berawal dan tanpa ku sadari kisah itu tak pernah berjalan lurus.

Tepatnya saat natal , momen itu membuat semua orang bahagia. Entah mengapa bahagia pula untukku,.
Aku berbagi status yang masih sangat ku ingat hingga saat ini , isinya "merry christmas everybody" ..
simple , tapi dari status itu aku mengenal sosoknya. Bagaimana bisa? aku tahu kalian sangat bertanya-tanya akan itu.

Satu status yg aku shared mengenalkan ku padanya, he's comment on my status. Tapi, sesungguhnya (jujur) aku tak mengenal dirinya sampai akhirnya aku tahu bahwa kami berada dalam satu sekolah yang sama dan hanya berbeda angkatan.

Aku tak pernah melihatnya di kantin
Aku tak pernah menjumpainya di mana pun area yang ada di sekolah ku itu..
Apakah aku yang tak pernah peka ?
oh.. aku harap tidak.

Makin lama kami makin sering melakukan komunikasi..
Aku merasakan kedekatan yang berbeda,
Tapi, yang aku sayangkan,, kedekatan itu hanya berlaku ketika kami berada dalam social media bukan dikehidupan nyata.

Suatu hari, kami dipertemukan dalam kehidupan nyata. Yaaa.. nyata bukan maya alias sosmed ! Kami tergabung dalam perwakilan sekolah di ajang perlombaan tingkat nasional. Disana baru ku sadari, siapa sebenarnya sosok yang sering berkomunikasi dengan ku di sosmed yang nyatanya adalah kakak tingkat ku sendiri.

Inilah kami, sangat akrab ketika di sosmed tapi sangat canggung ketika saling berhadapan satu sama lain di dunia nyata. Akhirnya kisah kami hanya berlangsung di sosmed. Ironis ! sungguh ironis.
Namun, aku menikmati kisah ini. Meskipun keakraban itu hanya muncul ketika kami memasuki dunia maya (sosmed), aku merasa beruntung bisa mengenalnya. Dia adalah salah satu alasan mengapa sampai saat ini aku masih sering membuka yang namanya sosmed.

Dia selalu menghibur ku dengan comment nya yang mugkin bagi orang lain biasa saja, tapi entah bagiku itu membuat ku bahagia, membuat ku tertawa, tertawa lepas.

Aku memiliki sahabat, dia selalu menggoda ku, menggoda kedekatan ku dengan sosok pria itu dan sahabat ku ini berhasil membuat ku salting (salah tingkah). Kabar pun menyeruak bak angin yang berhembus, kedekatan ku dengan sosoknya membuat beberapa gosip menyebar. Pacaranlah, TTM, .. huftt..

Aku mulai merasa perlu untuk mengetahui dirinya lebih mendalam, mengenai hobinya;tanggal lahirnya; sampai mantannya . Bagian yang paling akhir ini , aku menyesal mengapa aku mesti mencari tahu siapa mantannya. Uhh.. terkadang itu membuat hati ku sakit. Ahh, apakah pantas aku begini? toh aku bukan siapa-siapanya, jadi pacar aja belum.

Akhir-akhir ini ia kembali aktif di sosmed dan kami mulai sering berkomunikasi seperti dulu sebelum ia fokus dengan ujian dan kuliahnya. Tapi, kurasa kini kami berada di posisi yang sama sebagai mahasiswa. Hanya saja kami tak dipertemukan kembali di tempat yang sama.

Aku sempat kecewa ketika aku mengetahui bahwa dia memiliki kekasih baru di universitasnya. Sejak itu, aku mulai jarang mencari tahu tentang dirinya.

Seiring waktu berjalan kudapati kini bahwa dia telah putus dengan pacarnya, bagaimana dengan perasaan ku? Apakah aku mesti berbahagia dengan itu? Entahlah aku pun masih bingung, apakah aku masih memiliki rasa yang sama seperti dulu ketika pertama kali kami bertemu.

Seperti yang ku katakan di awal, kisah kami tak berjalan mulus.
Ku rasa ia masih menyimpan ruang di hatinya untuk mantannya yang satu ini. Hey yang ku maksud bukanlah mantannya yang satu univ, tapi ... ya adalah yang pasti orang ini berbeda. Aku tak tahu pasti, tapi aku berani jamin itu, 95% perasaan ku mengatakan bahwa ia masih menyayangi sang mantan yang kini telah memiliki kekasih hati yang baru.

Ia terlihat begitu care dengan sang mantan. Setiap foto dan status sang mantan masih menjadi langganan jempolnya (like) bahkan sering di comment. Aku mulai merasakan suatu hal yang belum dapat kupastikan bahwa 'aku cemburu' .

Semakin lama semakin aku menyadari bahwa dia memang sosok yang masih menyayangi mantannya. Kini ku sadari kalau sesungguhnya perasaan ku padanya hanya perasaan semu, tak pernah nyata dan tak akan pernah menjadi nyata.

Aku kini sulit membedakan sebuah perasaan 'kagum' dengan 'cinta' .
Aku benci saat ku ketahui bahwa nyatanya dia tak pernah menjadi milikku.

Tapi,,,
terima kasih telah menjadi inspirasi dalam hidup ku. Karena mu, aku merangkai kisah ini. Meski tidak dengan ending yang bahagia.






Kamis, 20 Februari 2014

Sayap Pelindungmu


Saat kau jatuh
Lukai hati
Di manapun itu
I’ll find you

Saat kau lemah
Dan tak berdaya
Lihat diriku
Untukmu

(*) Kapanpun mimpi terasa jauh
O ingatlah sesuatu
Ku akan selalu
Jadi sayap pelindungmu
Saat duniamu mulai pudar
Dan kau merasa hilang
Ku akan selalu
Jadi sayap pelindungmu

Saat kau takut
Dan tersesat
Di manapun itu
I’ll find you
Air matamu
Takkan terjatuh
Lihat diriku
Untukmu

(*)

Walau kau tak sanggup
Ku takkan menyerah
Ku ada untukmu

(*)



Lirik lagu yang nyentuh banget :) i like this song ^_^ 
mau tau kisah di balik lagu ini ? yuks di read bareng2 :3

Cerita Unik The Overtunes tentang Lagu 'Sayap Pelindungmu' 

 

Jakarta - Sebagai band yang beranggotakan satu keluarga, The Overtunes tentu mendapat dukungan dari kedua orangtua. Bahkan, ibunda dari ketiga personel band tersebut punya andil dalam terciptanya lagu mereka 'Sayap Pelindungmu'.

Kata 'Sayap Pelindungmu' sendiri merupakan masukan dari sang bunda. Awalnya merasa aneh, lama-lama mereka menyukai kata tersebut.

Sedangkan sisa lagu tersebut diciptakan oleh Mikha dan Reuben. Mereka bercerita bagaimana ibunda mereka ikut terlibat.

"Kita berdua (Reuben) dan mama yang bikin lagunya. Mama itu nyumbang satu kata yaitu 'Sayap Pelindungmu'," kisah Mikha saat berbincang dengan detikHOT.

"Awalnya agak apaan si 'Sayap Pelindungmu', tapi pas dibawa ke studio ternyata pada suka semua katanya bagus banget. Ya udah kita akhirnya pakai kata-kata itu," sambungnya.

Lagu itu mengungkap sisi lain dari kata 'cinta'. Tak hanya lebih universal tapi juga berarti cinta yang bisa menenangkan.

"Lebih kayak cinta universal, jadi memang belajar dari kehidupan sehari-hari. Jadi kayak kasih semangat ya, jangan khawatir bahwa kita akan selalu ada yang menemani," tutur Reuben.


 

sumber : http://hot.detik.com/music/read/2014/01/10/163242/2464307/228/cerita-unik-the-overtunes-tentang-lagu-sayap-pelindungmu 

Senin, 17 Februari 2014

Cerita Tak Berujung Part 2



Cerita ku tak kan pernah berhenti, kecuali kematian telah datang untuk menjemputku, bertemu dengan yang abadi.

Hey, apa kabar? kuharap kalian masih setia membaca postingan ini dan kuharap kalian tak melupakan cerita ku sebelumnya. Terakhir aku mengatakan bahwa dunia ini sempit. Yaa.. semua orang pasti pernah mengatakannya. Sekarang aku hanya ingin menuangkan beberapa cerita sepanjang perjalanan hidupku sampai akhirnya aku berada di sini.

Diawali dengan sebuah kelahiran. Kelahiran manusia ke dunia, aku pikir memiliki suatu arti yang berbeda bagi masing-masing orang. Aku sendiri merasa bahwa kelahiran adalah suatu anugerah. Bayi yang lahir ke dunia ini bahkan tak pernah meminta untuk dilahirkan, tetapi takdir membawa mereka kembali ke dunia ini dengan jiwa dan raga yang baru. Bayi pun tak kan bisa memilih di keluarga mana mereka ingin dilahirkan. Kaya atau miskin orang tua mereka nantinya, mereka tidak bisa memilih. Ketika untuk pertama kalinya, bayi melihat dunia ini, orang pertama yang dilihatnya bukanlah ayah atau ibu, melainkan sang dokter yang telah menyelamatkan nyawa ibu serta dirinya. Seketika itu pecahan tangis bahagia pun meluap.

Aku terlahir di sebuah keluarga sederhana, tapi aku bahagia terlahir di keluarga ini. Ayah ku bukanlah seorang pejabat negara atau PNS. Beliau hanya pegawai di suatu kantor. Gajinya pun terkadang masih kurang mampu menutupi kebutuhan yang ada. Ibuku? Ibuku hanya seorang ibu rumah tangga. Bagiku mereka orang tua yang sempurna. Mereka mengajarkan ku membaca, menulis, menghitung, bahkan mengendarai sepeda. Kasih mereka menjadikan ku sosok seperti sekarang ini. Mampu berdiri sendiri, mampu mandiri tanpa menyusahkan mereka lagi. Tapi, yang namanya bocah aku pun pernah sekali-kali membuat mereka kecewa, marah, dan kesal. Kuharap kemarahan mereka berarti buat ku. Yaa.. kini aku jauh dari mereka, semakin jarang aku melakukan kejahilan yang sering ku lakukan di rumah kami, semakin jarang pula ku dengar dengungan rasa kesal itu mengomeli ku. Jujur, aku merindukan ocehan mereka ketika menasehatiku. Aku kangen masa-masa saat aku duduk di bangku SMA dulu. Dulu, aku adalah tipe gadis yang sulit sekali bangun pagi, sampai akhirnya setiap pagi Ayah selalu menggedor-gedor jendela kamar ku . Begitu usahanya agar aku tidak terlambat ke sekolah. Kini, tak ada lagi omelan manis di pagi hari itu. Kehidupan di sini sangat sepi, berbeda dengan suasana rumah yang sukses membuat ku homesick beberapa hari ini. Memang benar, tak ada tempat senyaman rumah kita sendiri. Fix! aku merasa homesick maksimal.

Senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, minggu. Senin, selasa, rabu, kamis, jumat, sabtu, minggu. Begitu lama sepertinya waktu berlalu ketika aku berada di tempat ini. Kuakui hidup dalam perantauan itu tak mudah, tak mudah juga ketika mencari uang untuk makan. Hey, tapi inilah jalan hidup ku. Aku berada di sini demi cita-cita ku. Ku korbankan setengah kebahagiaan ku demi fokus terhadap tujan ku. Jika aku tak mampu mengorbankan beberapa hal, mungkin aku tak ada di sini.

Beberapa waktu lalu aku pernah berpikir bodoh." Apa benar ini pilihan ku? bisakah aku mundur beberapa langkah saja?" Kuakui ini pemikiran yang sangat bodoh yang pernah ku pikirkan. Saat itu juga aku pergi ke kamar, menangis seorang diri. Lalu, aku teringat pada Tuhan. Aku mencurahkan seluruh unek-unek dalam hati ku pada-Nya. Apa yang harus kulakukan ketika aku mengalami situasi sulit seprti ini? mundur ketika semuanya telah berada di tengah jalan? bullshit! Perasaan ku makin kacau. Ku tatap kembali sebuah foto yang tertempel di bingkai, yaa.. itu foto ayah yang ku bawa ke tempat perantauan agar aku tak pernah melupakan wajahnya. Aku berkata pada diri ku, "Sebegitu beratnya hidup ini, tapi ayah masih bisa bertahan sampai detik ini. Kenapa kamu semudah itu menyerah? Bukankah kamu ingin membuat orang tua mu bangga dan bahagia? Lakukanlah sebaik yang kamu mampu lakukan. Tak perduli berapa anak tangga yang sudah kamu lewati untuk mencapai impian mu. Tak perduli seberapa sulit itu dan seberapa lelahnya hati mu, berpikirlah kedua orang tuamu selalu berada di dekatmu, dekat sekali di hatimu. Bersama mereka, Tuhan pun akan merestui jalanmu." Tangisan ku berhenti setelah mendengar kata hati itu. Aku mulai bangkit dari keterpurukan ku. Aku membuka pintu kamar dan melakukan hal-hal terbaik yang bisa ku lakukan di luar sana. Ketika aku bersedih, hal paling mujarap yang bisa menghilangkan rasa sedih itu adalah dengan curhat ke Tuhan. Entah mengapa, tapi itulah kebiasaan ku. Aku merasa Tuhan dekat, Dia bersamaku dan kapan pun aku bersedih aku yakin Dia bersedia mendengarkan keluh kesahku. Itu keyakinan ku!

Setengah kebahagiaan ku korbankan, mencoba untuk fokus. Kebahagiaan ku bersama orang-orang yang ku sayang tersita oleh waktu dan entah kapan aku bisa membebaskannya.

Aku sayang mereka yang menyayangiku tulus tanpa berharap apapun dariku. Disini aku tak menemukan satu orang pun yang tulus terhadapku. Aku rindu sahabat-sahabat terbaik ku. Sahabat yang telah mengusap air mata ku dan selalu menggenggam tanganku apapun yang terjadi. Kami berpisah demi cita-cita masing-masing. Yaa, mulai kehilangan kontak satu sama lain. Saling merindu, tentu. Sudah hampir setahun, aku belum pernah bertemu sahabat ku yang satu ini sejak keberangkatannya ke bandara. Bahkan , sms pun jarang di bales, mention di twitter sampai seribu kali pun hanya di read , dan aku yakin pemberitahuan di facebooknya full oleh ku. Tetep, hanya di read. Aku tak mengetahui pasti apa maksudnya, tapi aku selalu berharap setidaknya dia membalas sapaan ku. Aku kangen kamu, sahabatku. 3 tahun kami bersahabat, saling mengerti, saling memahami, terkadang saling mem-bully, tapi kami saling sayang satu sama lain. Aku telah merasa mereka adalah sebagian orang yang telah berhasil menyentuh hatiku, memberi ku arti sebuah kehidupan yang akan hambar tanpa ada rasa kasih sayang. Oh ya, aku hanya ingin memberi tahu kalian, blog ini aku buat atas saran sahabatku yang satu ini  (Dina), sebegitu pahamnya dia akan diriku yang gemar menulis cerita, ia menyarankan ku membuat blog ini. Sudah  lama sejak ia mencetuskan ide briliantnya itu, namun baru akhir-akhir ini aku merealisasikan ide itu. Aku semakin rindu persahabatan kami. Ingin rasanya mengulang masa-masa indah ketika suka duka kami lalui bersama.
 Persahabatan kami pun tak luput dari yang namanya salah paham -->> berantem -->> diem-dieman tapi pada akhirnya berujung senyuman kembali. Yaay,, persahabatan itu selalu ada di sini. Bisakah kalian melihatnya??? Persahabatan kami terukir di sini. Tepat di hati ini. Tak akan pernah terlupakan.

Tapi, aku kecewa saat ini. Di tempat ini, sungguh sulit mencari seorang sahabat. Mereka hanya datang ketika mereka butuh, namun ketika mereka bahagia mereka tak mennggandeng ku turut serta bersama merayakannya. Memang benar, 1000 teman tak akan berarti jika kita tak memiliki seorang sahabat yang benar-benar tulus bersama kita.

Semakin sulit kurasakan hidup di tempat ini. Jika aku salah melangkah di tempat ini, bisa saja kehidupanku terancam. Banyak orang berkata tak menyenangkan mengenai ku bahkan keluarga ku. Hey, aku mendengar perkataan kalian! bisakah kalian membicarakannya langsung di hadapan ku tanpa bertindak sebagai seorang pecundang? Ingin sekali ku katakan itu, tapi entah.. aku merasa itu perbuatan yang salah.

Salah seorang dosen ku pernah berkata "Jangan perdulikan mereka yang berbicara di belakangmu, mereka pecundang yang tak berani berhadapan denganmu makanya mereka hanya mampu berkata di belakangmu tanpa berani menatap matamu.Jangan memandang ke belakang, hidupmu adalah untuk masa depan. Apa yang akan kamu lakukan di masa mendatang, jadi apa kamu nanti, apa yang akan kamu berikan pada negaramu nanti, sudahkah kamu mampu membahagiakan orang-orang yang kamu sayangi? fokuslah ke depan. Yakinlah pada dirimu, yakinlah pada kemampuanmu, you are who you are believe, you are who you are thinking, kamu sekuat apa yang kamu pikirkan. "


to be continued....

Jumat, 07 Februari 2014

Cerita Tak Berujung Part 1

hey..
kenalkan , aku seorang gadis berambut ikal , kulit sawo matang, gak gendut gak kerempeng .. yah pas body lah >> proporsional .. ah apalah itu namanya .
Hidup ku penuh dengan lika-liku, kadang menyenangkan, kadang suram sesuram-suramnya, bahkan kadang hidup ku tak dapat ku definisikan seperti apa rupanya. Aku bukanlah orang yang spesial di mata orang, tapi aku tahu bahwa aku spesial di mata Tuhan. Aku bersyukur sampai saat ini, di usia ku yang dapat dikatakan sudah cukup dewasa, aku masih bisa melihat indahnya kehidupan yg Tuhan ciptakan. Aku sesungguhnya tak berharap banyak dalam kehidupan ku ini. Hanya ingin melihat orang-orang sekitar ku bahagia. That's it . Well, aku juga manusia, tentunya aku juga mewarisi sifat manusia yang beberapa diantaranya berlabel sangat buruk ; tidak pernah puas,  iri hati, keras kepala, dan masih banyak lagi yg sejenis dengan itu.  Tapi jujur saja, sifat buruk itu bukan menjadi kebiasaan dlm diriku. Aku iri, ya aku iri ketika seseorang mungkin bisa mendapatkan apa yang dia inginkan sedangkan aku tidak. Namun, nyatanya aku tak pernah membenci orang itu, aku justru melihat pada diriku. Aku berkata pada diri ini "apa untungnya kamu iri ? apakah yang ia dapatkan akan kau dapatkan juga? percayalah pada kemampuanmu, asah itu sampai tajam , berusahalah sebaik mungkin dan berdoa. Maka kamu bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan". Aku keras kepala. ya aku kadang keras kepala. Wajar saja , karena aku bersikukuh dengan pendapat ku dan tdk mau menerima saran. Tapi, belakangan aku tersadar aku salah.. Saran sangat penting bagi kemajuan kita, tentu sebelumnya saran itu harus kita saring. Apakah sudah sesuai untuk diri kita.

Hidup ku ini rumit. Aku bertemu dengan jutaan orang semenjak aku dilahirkan, tapi aku tak yakin yang mana teman yang mana musuh yang mana sahabat , yang mana pacar *ehhh
oke.. dunia ini sesungguhnya sempit. Percaya? aku sih enggak percaya. Statement bahwa dunia ini sempit selalu dikatakan oleh orang-orang. Entah mengapa, tapi ungkapan itu benar. Bayangkan saja, aku memiliki sahabat. dia sekarang kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Bali cabang Denpaasar. Disana dia bertemu seorang teman yang makin lama makin akrab. Aku pun begitu, aku bertemu seorang teman akrab di salah satu perguruan tinggi negeri di Bali daerah Singaraja. Apakah kalian tau? temannya dan teman ku ternyata saling kenal dan telah menjadi teman akrab saat mereka duduk di bangku SMA. FIX ! sekarang saatnya aku bilang "dunia ini sempit, ya?".

Banyak kisah hidupku yang gak pernah kuduga akan berjalan sepanjang ini..
banyak orang yang turut serta mewarnai hidup ku ini, masih banyak yang belum ku tuangkan dalam ketikan ujung jariku ini. Yakin kan diri kalian untuk tetap membaca , dan tunggu lanjutan kisah ku :)