Jumat, 14 Agustus 2015

Kesan Untukmu, Singaraja-ku



Singaraja, yup siapa sih yang gak kenal kota yang satu ini? Gak cuma Kuta, suguhan panorama indah Pulau Bali pun terpancar melalui spot-spot alam yang ada di kota kecil Bali Utara ini. Tapi nih guys, gak hanya alam nya aja yang membuat kota ini mampu menyedot perhatian masyarakat luar kota. Prestasi peserta didik disini juga patut diacungi jempol karena mampu menjadi daya tarik tersendiri di dunia pendidikan Indonesia khususnya Bali. Sehingga, tak khayal kota ini dijuluki sebagai kota pendidikan. Niar salah satu mahasiswi jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, UNDIKSHA pun mengakui hal serupa. “Gak heran sih ya kalo dapet julukan seperti itu. Sekolah-sekolah di tempat ini kualitasnya sudah sangat baik sehingga mampu menghasilkan lulusan terbaik yang dimiliki Bali”, ujar gadis berkacamata ini. Jalanan kota yang masih dalam kategori asri dan belum sepadat serta semacet daerah Kuta pun menjadi salah satu alasan gadis berbintang gemini ini memilih untuk melanjutkan studinya ke Singaraja.
Nah guys udah pada tau kan, bahasa juga menjadi salah satu aspek pendidikan di Indonesia. Bicara bahasa dan Singaraja pasti langsung terbesit bahasa pergaulan masyarakatnya , ya gak sih? Yup, kata-kata yang identik menjadi sebuah bahasa kasar di beberapa daerah justru malah menjadi santapan sehari-hari telinga kita ketika berada di kota Singaraja. Lalu, ada gak sih pro kontra terkait penggunaan bahasa antara masyarakat pendatang dan masyarakat asli Singaraja? Niar, gadis kelahiran Denpasar ini pun angkat bicara, “Bagiku yang juga bertitle sebagai pendatang di kota ini, bahasa memang merupakan media komunikasi yang penting. Ya, anggap saja kalau bahasa itu adalah tiket utama mu untuk bisa bersosialisasi dengan baik di  daerah yang belum pernah kamu kunjungi sebelumnya.”
“Awalnya,  aku merasa kikuk banget pas lagi kumpul-kumpul bareng temen. Mereka ngobrolnya udah sampai Z sedangkan aku masih stay di A. Jadi, kesannya seperti orang yang ketinggalan kereta dan gak keburu untuk ngejar,” canda Niar.
Niar pun menambahkan bahwa dirinya gak mau ambil pusing terkait bahasa pergaulan di Singaraja yang notabenenya berbasa bali “kasar”, selama tidak menyinggung perasaan pendengar dan mereka bisa menjelaskan makna di balik ucapan tersebut.
“Singaraja memang gak akan habisnya jika dikupas lebih dalam. Yang pasti, Singaraja adalah rumah kedua bagi ku karena disini aku menemukan hal-hal baru, teman baru, keluarga baru serta mengenal ragam budaya yang ada di kota pendidikan ini,” tutupnya.
Swandari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar