Singaraja,
yup siapa sih yang gak kenal kota
yang satu ini?
Gak cuma Kuta, suguhan panorama indah Pulau Bali pun terpancar melalui
spot-spot alam yang ada di kota kecil Bali Utara ini. Tapi nih guys, gak hanya alam nya aja yang
membuat kota ini mampu menyedot perhatian masyarakat luar kota. Prestasi
peserta didik disini juga patut diacungi jempol karena mampu menjadi daya tarik
tersendiri di dunia pendidikan Indonesia khususnya Bali. Sehingga, tak khayal
kota ini dijuluki sebagai kota pendidikan. Niar salah satu mahasiswi jurusan
pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, UNDIKSHA pun mengakui hal serupa. “Gak heran sih ya kalo dapet julukan
seperti itu. Sekolah-sekolah di tempat ini kualitasnya sudah sangat baik
sehingga mampu menghasilkan lulusan terbaik yang dimiliki Bali”, ujar gadis
berkacamata ini. Jalanan kota yang masih dalam kategori asri dan belum sepadat
serta semacet daerah Kuta pun menjadi salah satu alasan gadis berbintang gemini
ini memilih untuk melanjutkan studinya ke Singaraja.
Nah
guys udah pada tau kan, bahasa juga menjadi salah satu aspek pendidikan di
Indonesia. Bicara bahasa dan Singaraja pasti langsung terbesit bahasa pergaulan
masyarakatnya , ya gak sih?
Yup, kata-kata yang identik menjadi sebuah bahasa kasar di beberapa daerah
justru malah menjadi santapan sehari-hari telinga kita ketika berada di kota
Singaraja. Lalu, ada gak sih pro kontra terkait penggunaan bahasa antara
masyarakat pendatang dan masyarakat asli Singaraja? Niar, gadis kelahiran
Denpasar ini pun angkat bicara, “Bagiku yang juga bertitle sebagai pendatang di
kota ini, bahasa memang merupakan media komunikasi yang penting. Ya, anggap
saja kalau bahasa itu adalah tiket utama mu untuk bisa bersosialisasi dengan
baik di daerah yang belum pernah kamu
kunjungi sebelumnya.”
“Awalnya, aku merasa kikuk banget pas lagi
kumpul-kumpul bareng temen. Mereka ngobrolnya udah sampai Z sedangkan aku masih
stay di A. Jadi, kesannya seperti orang yang ketinggalan kereta dan gak keburu
untuk ngejar,” canda Niar.
Niar
pun menambahkan bahwa dirinya gak mau ambil pusing terkait bahasa pergaulan di
Singaraja yang notabenenya berbasa bali “kasar”, selama tidak menyinggung
perasaan pendengar dan mereka bisa menjelaskan makna di balik ucapan tersebut.
“Singaraja
memang gak akan habisnya jika dikupas lebih dalam. Yang pasti, Singaraja adalah
rumah kedua bagi ku karena disini aku menemukan hal-hal baru, teman baru,
keluarga baru serta mengenal ragam budaya yang ada di kota pendidikan ini,”
tutupnya.
Swandari
Tidak ada komentar:
Posting Komentar